Dia yang Manis Senyumnya





11 tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Banyak hal yang mungkin terjadi.
Peralihan waktu, musim, kenalan yang datang silih berganti, karir, maupun titik balik dalam hidup.

Rasa-rasanya, (aaah bukan rasanya), AKU MEMANG DIBERKATI dengan inner circle yang luar biasa.
Yang ada bukan hanya dalam masa-masa terbaik, tapi juga di saat terburuk.
Yang menyaksikan proses seorang tya yang beranjak dewasa, menempuh periode transisi dalam hidupnya, yang mungkin nggak mudah.

Mereka mungkin akan menemukan sosok yang sensitif, cenderung tertutup, namun di satu sisi mudah untuk meluapkan rasa sayang (mungkin menyebalkan ya bagi orang lain..)

Salah satu inner circle ini adalah orang yang ada di dalam foto.
Partner podcastku , sahabat baik, berzodiak sama dan hampir memiliki tipe kepribadian yang sama.

Foto ini diambil didalam mobil di daerah Prabumulih, menuju hari spesialnya.
Dia yang senyumnya manis, dia yang sangat tertata, dia yang anggun.

Dia yang senyumnya manis ini selalu menginspirasiku. Dengan konsistensi dan keteraturan yang dimilikinya, nggak ada satupun hal di dalam dirinya yang nggak aku puja. As a sister beyond blood, I’m blessed..

Dedikasi dia nggak bisa dipungkiri lagi. Ditengah padatnya pekerjaan, mengurus anak, dia masih bisa membaca buku, menganalisis jurnal, mencari fakta ilmiah, dan sibuk memproduksi konten podcast kami.

Dia pelopor dan penggerak.

Aku suka tertampar malu saat menyadari betapa produktifnya dia ini. Aku yang dirumah dan saat ini fokus dengan Kei rasanya nggak pantas mengeluh. Lelah itu pasti tapi prioritas harus didahulukan. Dia pintar membagi waktu, menikmati kesibukan dengan produktivitas.

Dear Rabb, terimakasih atas eksistensinya. Terimakasih sudah memberikan waktu bagiku untuk membuat paragraph-paragraf seru dalam “buku” yang sedang kami tulis ini.

Terimakasih Mama Sansa


Komentar

Postingan Populer