Tentang Profesi Ibu

Learn to love Writing


Hi, apakabar?

It's been a long time since I write on this blog. Kayanya udah berdebu ya blog ini. Hehehe. Untung masih inget password dan lain-lain. Jangan remehkan PISCES untuk hal ingat mengingat ya J

 

Anyway, kembali ke pembahasan sesuai judul.

Post terakhir saya di blog ini adalah pembahasan mengenai Master Degree. Perjalanan, lika liku, tantangan in between berhasil diatasi. And yes, the journey continues.

 

Ternyata ya, mengalami 2 kali proses menulis "serius" di skripsi dan tesis, tidak semerta membantu proses journaling yang gak   belum serius ini lebih lancar. Padahal banyak sekali ide-ide yang mengalir di kepala saya. Apalagi kalau saya baru saja membaca artikel singkat, menonton berita, diskusi dengan teman2, atau seremeh baca update di IG. A lot of information that i could absorb but yet, i were tooooo lazy to write. Kesibukan baru juga bertambah nih, dengan profesi baru sebagai "ibu".

 

Nah, buat ngebuka pembahasan ini, coba main ke blog sahabat saya di  

https://sayasarisyahrial.blogspot.com/ .

Di postingan terbaru nya ini lah yang membuat saya menulis hal yang serupa. Sari a.k.a ayik, punya ide untuk join writting. Something's brilliant yang bisa bikin saya konsisten lagi untuk menulis.

 

Nantinya, kita (insha allah) akan buat project tulisan dengan tema berbeda-beda tiap post nya, sesuai dengan pandangan kita masing-masing. Sebagai fellow Pisces dan Ibu "baru", banyak hal dari kami berdua yang ingin kita sharing dan mungkin saya yang membaca blog kami juga bisa mendapatkan informasi yang one or two, bisa membantu. It Could be anything, tapi semoga ada yang bisa dipetik yah.. :)

 

Untuk pembahasan oleh Ayik di blog nya, berikut adalah paragraf pertama yang ia tulis :

 

"Sejak jadi ibu, saya merasa ini adalah pekerjaan penuh, profesi yang digeluti sebelumnya jadi sekunder. Saya juga kurang sependapat dengan orang yang melabeli diri sebagai "full time mom", trus ada "part time mom", gitu? ibu organik dan ibu freelancer, gitu? Apa ada semacam dikotomi ibu sektor formal dan informal? Ibu ya ibu dengan segala peran yang harus dibagi. "



Wow! Akhirnya yaah, ada yang sependapat juga nih sama pemikiran saya. Sejak kapan sih ibu harus dibagi-bagi perannya? Meskipun saya suka bercanda bahwa apa yang saya alami saat ini adalah bentuk profesi "ibu magang" (Halo, saya si Ibu Magang – biasanya suka seperti ini waktu mengenalkan diri), namun hal ini sebenarnya saya tujukan pada profesi ibu, yang baru aja saya sandang dan butuh banyak penyesuaian untuk menjalaninya.  

 

Berbicara tentang IBU, IBU memang sebuah panggilan yang Multipretasi ya. Menurut saya sendiri, seorang perempuan, atau laki-laki misalnya, yang tidak melahirkan, sangat bisa loh menyandang profesi sebagai "ibu". Maknanya begitu luas dan yang pasti, pekerjaan ini menuntut konsistensi seumur hidup.

 

Nggak pernah saya dengar, seorang ibu yang ingin "pensiun" dari jabatannya. Profesi ini begitu mulianya, sampai muncul di Al Quran berkali-kali, muncul di berbagai syair puisi, lagu, dan lainnya. Saking mulianya, profesi ini jika dijalankan dengan amanah, Insha Allah berbuah surga.

 

Ayik juga menulis: 

"Namun dengan segala strength and vulnerability, satu yg semua ibu atau orangtua sepakati, yakni selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Yang terbaik untuk siapa? untuk anaknya bukan terbaik mengalahkan ibu-ibu lain. "



 

 

That's it!



Sebagai ibu yang sekarang ini mengandalkan internet knowledges, berbagai macam informasi gampang sekali didapatkan. Pola parenting, cara menghadapi anak tantrum, GTM, tips sekolah ala montessori, dan lain sebagainya itu, mudah sekali didapatkan. Satu click aja, kamu bisa dapatkan. Satu kali post di ig/ blog aja, bisa dengan mudah kamu share. Tinggal ibu yang bijak lah yang bisa menentukan mana informasi yang relevan dan bisa diterapkan di rumah. 



Sayangnya, banyaknya informasi di internet ini juga jadi 2 mata koin :( Dengan kemudahan akses teknologi yang kita dapat, ya dengan mudah juga kita bisa memberi komentar di postingan-postingan yang beredar di internet. Pada akhirnya, We tend to judge. Pola parenting mana sih yang paling benar, bagaimana peran ibu seharusnya dilakukan, and so on and so on. Padahal, jujur deh, profesi ibu itu memang nggak mudah. Daripada sibuk menghakimi, lebih baik sharing. Mana informasi yang mungkin bisa jadi salah satu cara untuk mengatasi anak kecenderungan gadget misalnya. Satu goal yang bisa jadi tujuan kita bersama sebagai para ibu : bagaimana bisa memberikan yang terbaik untuk anak masing-masing. Bukan mengalahkan ibu-ibu yang lain. 



Sharing is empowering. 

Kita (re: ibu) adalah praktisi, punya banyak jam terbang merawat anak di segala kondisi, yang membuat kita selalu punya kekuatan super setiap hari. 



Semoga kita semua dikaruniai kemampuan baru yang seru untuk menjalani profesi mulia ini.

 

Komentar

Postingan Populer