Tentang Keluarga
Dalam 24 tahun hidup saya,
paling tidak dalam kurun 15 tahun terakhir ini telah saya gunakan untuk duduk
diam sekedar mendengarkan teman-teman maupun orang di sekeliling saya yang
telah berbaik hati menaruh kepercayaannya pada saya, untuk bercerita mengenai
keluarganya, masalah percintaannya, ataupun hanya sekedar mengeluarkan keluh
kesah tentang apa saja yang sedang mengganggu harinya.
Banyak sekali yang diantaranya,
tidak berbahagia dengan kehidupan yang mereka punya, terutama saat bercerita
mengenai keluarganya.
Lalu kemudian saya berpikir,
Apa konsep ideal tentang
keluarga?
Entahlah,..
Dahulu saya dengan naifnya
berpikir bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga yang bahagia, yang tidak
memiliki masalah dalam hubungannya, keluarga yang selalu akur, keluarga yang
tidak pernah berurusan dengan konflik, intrik, ataupun bentuk drama lainnya
seperti yang banyak kita saksikan di televisi-televisi saat ini.
Saya naïf,
saya tahu.
Selanjutnya, konsep pemikiran
ini pun berubah seiring dengan berjalannya waktu, cerita, serta pengalaman yang
saya dapatkan sebagai pembelajaran terpenting tentang pemahaman saya mengenai
konsep ideal keluarga.
Sejujurnya, saya bersyukur
sekali terlahir dengan keluarga yang utuh, yang memiliki ayah, ibu, kakak dan
adik. Lengkap sudah.
Saya menjadi si anak tengah,
yang masih memiliki seorang saudara untuk dicontoh, dan memiliki seorang
saudari lainnya untuk diberikan kasih sayang yang tidak habis-habis. Saya
bahagia, sungguh.
Meski, di beberapa tahun
sebelumnya, saya sempat meratap betapa tidak bahagianya saya berada dalam
keluarga ini.
Dasar, manusia labil!
Ketika saya beranjak dewasa,
saya sama sekali tidak memiliki hubungan yang “baik” dengan kedua saudara saya.
Saya merasa sendiri, dikucilkan, harus berjuangan sendirian. Di masa itu pula,
saya menyadari bahwa saya mendapatkan perlakuan yang berbeda oleh kedua
orangtua saya, terlebih dari ayah saya. Ayah saya sering absen dalam setiap
perayaan ulangtahun, ataupun hari-hari yang menurut saya “penting” akan kehadirannya.
Jika dibandingkan dengan segala seremoni ataupun kegiatan-kegiatan “penting”
lainnya yang dimiliki oleh kakak ataupun adik saya, ayah ataupun ibu saya
selalu menyempatkan diri untuk hadir, SELALU menyempatkan diri. tidak absen.
Di masa “kegelapan” ini,
lagi-lagi saya bersyukur untuk tidak terseret dalam aktivitas - aktivitas yang
tidak sehat. Sebisa mungkin, saya melakukan aktivitas-aktivitas yang membawa
sisi-sisi positif dalam diri saya. Saya menyadari, mungkin ayah dan ibu saya
tidak benar-benar menaruh perhatiannya pada saya. Namun paling tidak, saya
tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat mereka malu ataupun kecewa akan
anaknya. Saya berusaha berprestasi, agar mereka mengerti, agar mereka sedikit
mencurahkan perhatiannya pada saya.
Perlahan dan membahagiakan, saya
mulai tersadar dan menyaksikan sendiri betapa cinta mereka tumpah ruah, meski
tidak disampaikan secara langsung kepada saya.
Keluarga yang ideal?
Saya tidak lagi melihatnya
sebagai sebuah hubungan terdekat dan harus terikat dengan darah. Saya melihat
keluarga sebagai tempat saya untuk berpulang. Tempat saya menyadarkan bahu saya
ketika saya benar-benar lelah mengarungi segala tantangan di hadapan saya,
serta tempat dimana saya membagikan seluruh kebahagiaan yang sedang saya rasakan,
agar mereka juga mampu merasakan energi positif tersebut. Keluarga yang ideal
adalah ….rumah.
Saya bersyukur telah menjadi
“tempat sampah” begitu lamanya, sehingga saya mampu memilah-milah mana bagian
cerita yang dapat membuat saya tumbuh, ataupun mana cerita yang tidak harus
saya tiru. Saya bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang percaya pada saya,
dan tidak lelah memberikan pemahaman yang begitu besar terhadap saya perihal
hal yang masih saya pelajari benar hingga saat ini
Keluarga.
Saya tidak lagi melihat bahwa
keluarga yang ideal adalah keluarga yang selalu rukun dan harmonis, ataupun
memiliki anggota yang lengkap.
Saya belajar banyak akan konsep
tersebut, betapa “ideal” adalah sebuah kata yang begitu liquid, begitu cair..
tidak
lagi berada dalam tatanan yang biasa kita kotak-kotakan..
Komentar