Kepada Perempuan

Kepada perempuan cantik yang tinggal di sebelah kamar saya,

Saya menyadari kamu marah pada saya beberapa malam lalu.
Perihal jawaban singkat dan keengganan yang saya lontarkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kamu berikan.
Saat itu, memang saya kesal. Tak tertahankan.
Kamu bertanya untuk kesekian kali tentang tugasmu..
Biasanya, saya akan menjawab. Biasa saja, tidak antusias. Tapi semuanya tuntas.
Namun, malam itu rasanya lain.
Ada sebuah rasa yang ingin sekali saya utarakan, namun rasanya tersimpan dan kutelan rapat-rapat. Saya bingung menjawabnya. Saya takut kamu sakit hati dengan pernyataan jujur yang saya harapkan.


Kepada perempuan manis yang enggan melihat pada saya, hari ini… ,

Beberapa sore hari yang lalu, , lepas saya istirahatkan sejenak si sexy merah..
Saya tahu kamu masih marah pada saya
Terlihat jelas dari tatap matamu dan ketidakinginanmu menjawab pertanyaan saya
Kamu sedang duduk, saya tahu, itu adalah tugas dan “calon” pertanyaanmu lainnya..
Alih-alih kamu bertanya pada saya, kamu malah melengoskan muka.
Sibuk menatap barisan kata yang ada di hadapanmu
Dan saya melenggang masuk ke dapur, mengambil air putih, menegaknya, sambil melihat ke arahmu
Namun kamu tidak bergeming,
Masih duduk dan sibuk menatap.
Saya putuskan untuk naik ke atas
Masuk ke dalam kamar.

Esoknya,
Saya mengajak mama untuk pergi keluar.
Untuk Sejenak merasakan pijatan di rumah spa, sekedar keinginan seorang anak memanjakan mama dari hasil jerih payahnya,
Saya tahu, itu tidak banyak. Namun paling tidak, saya melihat mama tersenyum lebar. Merekah. Bahagia sekali.. meski sepulangnya mobil kami diserempet oleh pengendara motor ugal-ugalan yang melawan arah dan menerjang ke arah kami.
Mama masih tersenyum.
Lebar sekali..
Setelah mendengarkan beberapa lagu dari radio kesayangan kami berdua, mama mengutarakan bahwa Kamu, beberapa malam yang lalu menangis tersedu. Mengadu pada mama.
Bahwa saya sibuk sekali, tidak becus menjadi kakak, dan lainnya..
Saya tertegun. Lama..
Mencoba membantah perkataan mama, namun mama terlanjur menasihati.

tia jangan terlalu sibuk. Temenin adeknya. Dia nangis-nangis katanya kamu gak mau bantuin dia”

egoisme saya muncul. Mata saya mengembang, panas.. ada air mata yang siap jatuh jika saya mengedipkan mata. tak tahukah kamu bahwa sayaa....
ah sudahlah!

Saya sungguh ingin berbicara, namun saya tahan.
Kami masih tertahan macet di jalanan.
Saya tidak mau melihat mama gelisah dan jadi tidak enak hati yang berkesudahan.
Oleh karenanya, saya hanya menunduk dan mengangguk, mendengarkan nasihat mama dengan khidmat.

Kepada perempuan baik hati yang saya sayang,
Mungkin tidak pernah kamu pahami bagaimana sikap saya padamu.
Seperti contohnya, malam itu
Bukan karena saya tidak sayang padamu,
Bukan karena saya tidak mau membantu kamu
Saya hanya ingin kamu belajar lebih, mengerti lebih, dan mencoba memahami sendiri..
Saya akan berada disini, saat kamu butuhkan
Saya hanya sejauh ketukan pintu di kamar,
Atau teriakan sumbang yang terdengar di antara jeda kamar kita..
Saya hanya ingin kamu memahami,
Bahwa suatu saat, jika memang tidak ada saya lagi disisimu,
Kamu bisa memelajari semuanya sendiri..
Kamu akan mengetahui betapa menyenangkannya mengetahui segala sesuatu ataupun mendapatkan ilmu baru dari upayamu sendiri…
Saya tahu, pertama kali akan terasa sulit..
Karena saya pun demikian,
Saya kesulitan sekali, ketika tidak ada satu orang pun yang mau mengajari..
Tapi saya yakin, kamu adalah perempuan cerdas yang baik hatinya.
Kelak kamu akan menyadari, bahwa sikap saya di malam itu,
Adalah salah satu upaya dari saya, untuk membiarkanmu, mandiri..
Mohon maaf..
Jika saya menyinggung hatimu..
Membuat hatimu jumpalitan kesalnya..
Saya tahu, saya bukanlah kakak perempuan terbaik..
Saya banyak kurangnya..
Tapi semoga kelak,
Dan sungguh saya berharap..kamu mengetahui
Bahwa rasa sayang saya, tak ada cacat.


Kepada,
Perempuan luar biasa yang sudah menutup kepalanya.





#semogasayabisasuatusaatnanti

Komentar

Fatma Rosi mengatakan…
Ikut sendu dan haru biru.
Sebab ternyata setiap orang adalah guru..

Kita menjadi kakak, karena seorang adik..
Kita menjadi pemimpin, karena seorang pengikut.
shntyaa mengatakan…
terimakasih ya bun.. kita terus belajar :)

Postingan Populer