Kepada Teman Hidup




Apakah rasa cinta bisa hilang? Apakah demikian adanya jika nanti rasa itu tergerus oleh waktu dan rasa cinta berubah menjadi





kebiasaan?


Suatu ketika, pembicaraan dengan salah satu sahabat baik menghentak saya. Saya tidak menyanggah, tidak menjawab. Namun, saya mengerti mengapa ia berpendapat demikian. Pengalaman pun nyatanya memberikan pelajaran.

Pembicaraan yang kita lakukan biasanya seputar kegiatan sehari-hari. Pembicaraan yang tak tentu arah tentunya, namun sanggup memberikan gelak tawa di tengah-tengah.
Hingga kemudian ia pun menumpahkan segala perasaan yang selama ini ia pendam,
Tentang cinta.


Ia berpendapat bahwa pada akhirnya, yang kita butuhkan di dunia adalah teman hidup. Bukan cinta. Bukan mencinta. Bukan dicinta.
Karena ketika waktu mulai memainkan perannya, rasa itu akan tergerus dengan sendirinya. Tidak ada lagi rasa berdebar-debar ataupun keringat dingin yang terasa ketika berbicara dengannya. Yang ada hanya rasa nyaman dan terus ingin bersama. Ingin menjadi pendengar dan didengar. Ingin menjadi sebuah tujuan untuk pulang, ingin menjadi tempat sandaran dan menyandar di bahu yang tepat.
Saya menyimaknya dengan baik-baik. Dari cerita yang ia kemukakan dengan cara yang berapi-api, saya mulai menebak arah pembicaraan ini. Tentu saja, sebuah perjalanan baru yang masih abstrak bagi kita berdua, yang selalu kita gadang-gadang sebagai salah satu obrolan ringan malam sebelum menutup mata. Namun kali ini, ia mengungkapkannya dengan lantang. Nampaknya, ia memang sedang kesal atau inilah yang selama ini ia rasakan namun selalu ia sembunyikan.

Ia ingin menemukan teman hidup.
Bukan suami, bukan pula saudara. Tapi teman hidup.
Ia menyadari bahwa akhirnya, rasa yang ia miliki untuk siapapun itu nantinya, perlahan akan menghilang.
Dan teman hidup tidak akan pernah hilang.

Sehabis berkata demikian, saya tidak tahu apakah dia menyadari gesture tubuh dan respon saya, ia pun melenggang ke kamar mandi.santai.. seperti tidak terjadi apa-apa..

dan meninggalkan saya terpekur sendirian..

Jumlah undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan yang datang ke rumah saya,, mungkin sudah melewati jumlah jari yang melekat di tubuh saya. Jika berada dalam lingkungan sodara-sodara perempuan terdekat, saya pun tidak terlalu pusing dengan pembicaraan ‘menjadi istri dan diperistri’

Namun beda dengan lingkungan yang lainnya,
Umur skrg ini, rasa-rasanya hal yang lumrah saja jika sudah mendaratkan diri di pelabuhan terakhir dan membina rumah tangga.

Pertanyaannya, sudah siapkah kamu?

Berbicara siap atau tidak siap,
Sesungguhnya, saya sudah siap.
Namun, apakah kamu siap? Wahai teman hidup?



Jika kamu meminta kesetiaan, sesungguhnya saya mencoba untuk menjadi pasangan yang menjadikan kamu di prioritas utama.
Saya akan menjadi istri yang menjaga pandangan dan perilaku, baik ketika ada kamu maupun tidak.
Jika kamu meminta saya untuk berhenti mengejar karir, Insha Allah saya akan siap.  Mungkin saya akan meminta sedikit pengecualian untuk mengejar beberapa mimpi saya, tapi saya pastikan saya tidak akan meninggalkan kamu , bagaimanapun resikonya.. dengan demikian, saya akan memberikan contoh kepada anak kita bahwa mimpi haruslah selalu dikejar. Jangan lupa untuk selalu mengejar mimpi..jangan pernah menyerah
Jika kamu meminta saya untuk menjadi lebih ‘sholehah lagi’, saya akan siap.. bagaimanapun juga, kamu adalah imam saya dalam hidup.. tepat ketika kamu meminta saya, sebagai istri, maka sebagian dosa saya berpindah padamu. Sungguh rasa bersalah saya akan semakin menumpuk, ketika kamu adalah orang yang akan menampung sebagian dosa-dosa saya..
Wahai teman hidup,
tegurlah saya, ketika saya mulai melangkah jauh darinya.. sama seperti saya yang tidak akan lelah untuk mengingatkan kamu untuk selalu bersyukur dan berdoa padaNya..
wahai teman hidup..
saya akan selalu mendoakan untuk kebaikan kamu, bahkan meski kita belum memikirkan ke arah sana.. saya meminta kamu tanpa lelah padaNya..
Wahai teman hidup, ingatkah kamu bagaimana saya menceritakan rumah impian saya? Sesungguhnya, itu bukanlah apa-apa dibandingkan keberadaan kamu.. karena pada akhirnya, saya sudah menemukan “rumah impian saya” ketika ada kamu..
Wahai teman hidup,
saya tidak akan pernah berhenti menyerah, untuk menyakinkan kamu ketika kita berdua sedang berada di dalam keadaan yang tidak stabil. Karena saya tahu, kamu yang selalu menguatkan saya , di masa-masa rapuh saya..
Wahai teman hidup, sesungguhnya, jauh di dalam lubuk hati saya, saya tidak menyetujui pendapat sahabat saya.. karena sesungguhnya, cinta saya terhadap kamu, Insha Allah tidak akan pernah hilang.. karena saya mencintaimu, karena ALLAH..




Komentar

Anonim mengatakan…
cara mengobati varises yang alami dan aman tanpa efek samping Obat Herbal Varises
Anonim mengatakan…
Thanks for information, very interesting.. nice post ! by Obat Herbal Tulang Keropos Ampuh
Anonim mengatakan…
http://suplemenkesehatankulitglowenhanz.wordpress.com/

Postingan Populer