Keeping up with Campus Life (a Journey to become Master of Arts Communication)


Bagi saya, April 2013 adalah momen menuju kedewasaan.
Momen ini adalah momen yang saya tunggu selama 3 tahun 7 bulan lamanya, sambil berkutat dengan buku-buku dan setumpuk kegiatan lainnya, demi menyelesaikan studi sarjana strata 1 di Universitas Paramadina, Jakarta. Banyak cerita yang menarik, menyedihkan, lucu, menantang, dan yang pasti menggembirakan yang saya habiskan disini. Bahkan, saya masih ingat ketika mama sama sekali tidak percaya bahwa saya berhasil mendapatkan beasiswa full hingga lulus. Sederhana, karna saya tidak pernah berbicara dengan mama sebelumnya! Pertama kali saya masuk di kampus Paramadina, saya justru dikenal sebagai “anak-yang mamanya-suka nelpon- nanya kepastian-bener atau gak-dapat beasiswa”. :D OOOOOhhhh, I’m laughing hard because of that!

Di Paramadina, saya bertemu dengan teman-teman yang luar biasa, orang-orang terdekat yang baik hatinya, mencintai saya sepenuh hati dan apa adanya. Beberapa diantaranya juga mengajarkan saya pelajaran terpenting untuk terus menerapkan “ilmu padi”, jangan pernah sombong, rendah hati, dan rajin menolong. Saya juga belajar, bahwa ada beberapa orang yang bersikap negatif dan tidak perlu diambil hati. Karna nyatanya, mereka tidak pernah ikut berkontribusi positif dengan kehidupan saya, justru cenderung mempengaruhi saya untuk ikut bersikap negatif. Alhamdulillah, saya sudah “lulus” tahap pertama dengan orang-orang demikian J

Waktu terus berjalan, saya sempat beberapa saat lamanya bekerja di bidang pemerintahan, ikut menjadi salah satu duta pemuda Jakarta di Korea, hingga akhirnya saya mengajar seperti sekarang ini. Yang tidak saya sangka, di bulan September kemarin, saya pun memulai petualangan baru. Menjadi mahasiswi pasca sarjana, di London School of Public Relations.
Banyak yang kemudian bertanya, mengapa saya tidak melanjutkan kuliah dengan bidang yang sama, sebagai penggiat studi hubungan internasional. Saya pun tersenyum lantas mengungkapkan ketertarikan saya di bidang komunikasi.
Selain itu, pengalaman saya juga mengajarkan betapa ilmu komunikasi menjadi dasar bagi saya untuk berinteraksi dengan orang-orang. Bagaimana saya melakukan lobbying, berkomunikasi dengan cara dan sikap yang baik, serta mengungkapkan berbagai hal dengan tips dan trik agar dapat meyakinkan orang lain. Tentu saja, di hubungan internasional, saya juga ikut mempelajari hal ini.
Namun, menurut saya, dengan mempelajari ilmu komunikasi. saya bisa mempelajari hal yang paling menarik bagi saya saat ini. Jika di hubungan internasional saya mendapatkan semua ilmu dan informasi terbaru dari dunia internasional, di komunikasi, saya mendapatkan bagaimana cara memproses ilmu tersebut untuk kemudian saya sampaikan kepada orang lain.

Corporate communication. Saya pilih jurusan ini berdasarkan saran-saran dari orang terdekat dan kemantapan hati. Ilmu baru, bidang baru. Tentunya bukan hal yang mudah untuk dipelajari, tetapi pasti memungkinkan. Saya kembali pada rutinitas lama, membuat paper,bekerja kelompok dan sibuk mencari jurnal untuk saya baca. Saya mengenal teman-teman baru yang juga merupakan praktisi di bidang komunikasi. beberapa saat, saya sempat rendah diri. mungkin saya yang paling “hijau” di antara semuanya. Namun, saya yakin saya pasti bisa.

Dalam waktu kurun hampir 1 bulan saja, banyak sudah pelajaran yang dapat saya ambil. Sekarang, saya tahu berbagai kemungkinkan untuk menyelamatkan institusi-institusi yang terkena krisis ataupun isu-isu yang mampu menurunkan kredibilitasnya di mata publik. Saya tahu, bagaimana pentingnya seorang komunikator untuk menyampaikan pesan secara tepat agar tidak salah diterima oleh komunikannya..

Dengan memilih S2 di LSPR, saya harus mengorbankan weekend saya untuk belajar. Terkadang, hari minggu pun dipakai untuk belajar bersama. Ada juga kewajiban-kewajiban yang “cukup menantang” bagi saya, sebagai persyaratan saya belajar disini dan mendapatkan beasiswa pula.. Alhamdulillah, Allah SWT Maha Penyayang, memberikan pula saya kesempatan kedua untuk belajar kembali dengan fasilitas yang sama. Alhamdulillah..

Saya yakin, Allah SWT akan menaikan derajat umatNya jika umatNya mau berusaha. Saya lakukan ini, demi menaikan derajat saya di mataNya, orangtua saya, dan sekeliling saya, yang mungkin saja, entah di saat tertentu, saya dapat membantu mereka dengan ilmu yang saya miliki sekarang ini.

Ada hal yang berbeda ketika saya menjadi mahasiswi pasca sarjana. Keinginan saya untuk terus belajar, justru semakin terpompa, karna saya tahu, banyak orang-orang diluar sana yang mungkin menginginkan posisi saya sekarang ini. Saya tahu menjadi mahasiswi pasca sarjana tidaklah mudah. Saya hanya perlu berusaha lebih giat daripada yang lainnya …




Komentar

Postingan Populer