Where are we now?
malam.
panjang. dengan menyisip minuman alkohol sebagai dalih
menghangatkan
badan.
kita
seringkali sibuk berspekulasi.
harus
begini harus begitu.
jangan
salahkan saya, salahkan yang disitu.
pada
akhirnya, kita lelah beradu. kemudian terpaku.
memandangi
gelas yg berisi separuh.
terkadang
mata kita kembali satu, namun seringkali
kita
hanya memandangi sepatu.
pertemuan
yang acapkali dilakukan.
nyatanya
bukan kualitas yg bertahan.
ada
sedu sedan yang dihasilkan setelah salaman.
di
awal pertemuan selalu ada senyum dan tawa yg menawan.
namun
kemudian, kembali pada isakan yg tertahan.
kita
mencoba untuk menggali makna aku dan kamu lebih jauh.
namun
apa daya, "kita" pun kembali pada asal mula.
aku
dan kamu. memang begitu adanya.
entah
berapa lama , Tuhan bermain-main dengan takdir kita.
membiarkan
kita menjalin, merajut, tertawa.
lalu
kemudian tersungkur, terpekur tak berdaya.
siapakah
kita? makhluk yang selalu berencana,
tanpa
tau bagaimana nantinya.
kita
tertawa. menertawakan kebodohan kita.
apakah
ini layak untuk menjadi cerita?
Komentar