saya cinta dengan rasa sakit.
Jika
saya boleh memilih siapa saja yang berhak menyakiti saya,
Saya
ingin hati ini berhak disakiti olehnya.
Saya
tidak pernah gubris lagi, kata-kata mereka.
Yang
memberi nasihat, teguran, sindiran, ataupun… negativism lainnya.
Mereka
bilang saya melakukan “fatal flaw”
Saya
bilang, saya sedang menunggu keajaiban.
Ada
ribuan hari yang saya habiskan untuk mengabadikan rasa yang saya miliki.
Saya
biarkan hal itu menetap di hati saya.
Belum
penuh.
Sengaja
saya berikan ruang, agar dapat tumbuh.
Baik
karena rasa cinta atau rasa sakit.
Saya
yakin itu menjadi pengalaman yang hebat.
Ada
kesepian yang melanda.
Ada
rasa yang merajuk-rajuk.
Ingin
segera ditangkup.
Saya
ingin bisa mencintai tanpa melihat.
Saya
ingin mencintai tanpa mendengar.
Saya
ingin mencintai tanpa… tanpa.. apa-apa.
Saya
mencintai apa adanya.
Saya
cinta rasa sakitnya.
Saya
nikmati, masa-masa ia menyakiti saya.
Saya
pikir, itu cinta yang pantas bagi saya.
Saya
pikir, dengan begitu saya akan tetap menghargai dan tidak akan pernah melakukan
kesalahan yang sama.
Saya
tahu rasanya sakit, maka saya tidak akan menyakitinya. Lagi,
Saya
meyakini akan ada masa di mana akhirnya dia kembali,
Entah
bagaimana dan kapan.
Saya
meyakini, bahwa sakit saya selama ini adalah perasaan cinta,
Nyatanya,
saya tidak bisa acuh. Saya tidak bisa benci.
Saya
hanya mencintai rasa sakit ini, tiap harinya. Tiap malamnya. Tiap kegusarannya.
Saya
mencintainya.
Komentar