berlari



Ini adalah postingan kedua saya di tahun 2014. Tahun baru, semangat baru. Nyala api yang tak pernah terkikis. Bahkan jika sekeliling pun terasa gerimis. Jika memang ada sebuah kegiatan yang mampu membangkitkan perasaan membuncah yang luar biasa meskipun hal tersebut membuat terengah-engah, bagi saya kegiatan tersebut adalah berlari.

Tidak ada yang menghentikan saya untuk terus berlari. Mungkin, hanya fisik yang lemah yang suatu saat nanti mampu membatasi. Tapi tidak untuk kecintaan saya dalam berlari.

Saya teringat masa duduk di bangku sekolah. Memakai seragam putih merah. Siang itu adalah pelajaran olahraga. Segera setelah berganti baju, saya akan berlari menuju lapangan besar. Tempat di mana semuanya terasa lapang. Saya merasa hanya saya sendiri yang berada disitu, sebagai sang pemilik. Memang khayalan tingkat tinggi,tapi begitulah yang saya rasakan. Hingga suara peluit dari guru olahraga membangkitkan saya dari impian-impian yang “ketinggian”.

“semuanya baris! Bikin dua banjar. Cowo sama cowo. Cewe sama cewe. Yang kecil di depan. Berurutan sampe yang paling tinggi di belakang. Cepat! 10 detik dari sekarang.. 1.. 2… 3…4…”

Saya ingat betul guru olahraga saya itu. Selalu demikian jika kami akan memulai olahraga. Saya kegirangan. Saya selalu diletakkan hampir di paling depan. Selalu berada di baris ke dua-ketiga-atau keempat. Tergantung. Apakah teman saya yang berbadan lebih kecil dari saya masuk pelajaran olahraga atau tidak. Sebenarnya saya suka diledek karna tinggi badan saya. Tapi saya tidak peduli. Yang penting saya bisa berlari.

Jika peluit sudah dibunyikan, tandanya kami akan melakukan pemanasan. Semuanya harus diikuti, jika tidak kami akan cedera. Hingga di akhir sesi pemanasan, kami akan diminta untuk mengelilingi lapangan bola. 3 kali bagi pria dan dua kali bagi wanita. Kalau sudah begini, banyak teman saya yang pura-pura sakit. Mengeluh pusing, sakit perut, ataupun takut kepanasan. Namun, saya sibuk berlari kegirangan.

Menjelang SMP dan SMA, kesukaan saya untuk berlari sedikit tergantikan dengan… basket! Namun, bagi saya tidak ada yang berubah. Berlari telah menjadi satu paket dalam keseharian. Di dalam basket pun kita harus berlari. Merebut bola, memainkan bola, bagaimana mencetak score ke ring basket lawan. Semuanya dilakukan dengan berlari. Jadi bagi saya, tidak ada yang salah. Selama dalam kegiatan baru saya ini, saya bisa tetap berlari.

Memasuki kuliah, perlahan waktu dan fokus saya berganti. Saya tidak lagi bisa seenak hati berlari. Banyak yang meledek pula, jangan –jangan saya hanya “berlari dari kenyataan”. Hahaha, nyatanya, beberapa kali saya memang melakukannya demi “berlari dari kenyataan”. Namun, tidak selamanya.

Akhirnya, di awal tahun kuliah, saya memutuskan untuk rutin berlari. Paling minim 3 kali dalam sebulan saya harus berlari. Di mana saja. Entahlah, rasanya seperti bernapas. Seperti mendapatkan pasokan oksigen berlebih jika ini dilakukan berkali-kali.

Saya bukanlah orang yang ambisius. Mungkin itu sebabnya pula, dalam kurun beberapa tahun belakangan ini, saya tidak pernah menjuarai satu pun perlombaan lari yang saya ikuti. Paling hanya masuk dalam 50 besar.  Pencapaian tertinggi saya, saya masuk dalam 4 besar kategori umum wanita nike run. Selanjutnya? Belum ada. Kebiasaan saya selesai berlari, saya tidak berlama-lama untuk tinggal di event  demi melihat siapa yang akhirnya mendapatkan medali. Saya tahu diri. Saya hanya bagian dari gegap gempita berlari. Tapi sungguh, adrenalin saya mengalir deras jika saya mengetahui ada perlombaan lari yang bisa saya ikuti. Kali ini, saya masih menyentuh skala 10 KM. lain kali? Saya berniat untuk mengikuti event half marathon.

Sejujurnya Di dalam aktivitas perlombaan lari ini, Saya hanya suka memerhatikan orang-orang yang ikut berlari dengan saya. Terkadang, karena begitu banyaknya peserta lomba, saya harus menyenggol beberapa orang yang ada di samping kiri kanan atau di depan saya. Tidak bermaksud apa-apa. Saya terkadang sulit untuk menahan kecepatan berlari karena perasaan dalam hati yang tak ingin dikungkung lagi.

Semoga hingga nanti raga saya tidak kuat lagi, saya masih bisa berlari.










Komentar

Postingan Populer