Dan pelajaran minggu ini adalah
Reads,
Aku percaya bahwa banyak sekali pelajaran
yang dapat kita petik hikmahnya, hanya dalam kurun waktu satu hari. Bahkan
dalam hitungan jam pun, ketika kita telah melewati kejadian atau peristiwa
tertentu, biasanya tanpa sengaja otak kita akan memutar balik kenangan
tersebut, mencoba menganalisanya, hingga akhirnya kita mendapatkan
pelajaran-pelajaran baru. Bayangkan, berapa banyak pelajaran yang kita dapat,
dalam waktu satu minggu?
Jawabannya, beragam.
Pelajaran minggu ini dimulai dengan kata
PENYESALAN.
Kita seringkali mendengar, sebuah
penyesalan akan selalu datang terlambat.
Tapi, seringkali pula kita lupa untuk
benar-benar menancapkannya dalam-dalam di pikiran, di hati, bahkan dalam setiap
perilaku, bahwa penyesalan itu MEMANG ada.
Penyesalan itu menyakitkan.
Penyesalan itu tidak pernah datang mengetuk
pintu.
Ia selalu menjadi tamu terakhir yang
mungkin tidak diharapkan kedatangannya, kalaupun ia ingin masuk, sesegera
mungkin kita ingin menutup keras pintu tersebut, jangan sampai ia masuk. Bahkan
tanda-tanda kehadiran “sepatunya” sekalipun.
Pernahkah kita mencoba memohon kepada Tuhan
untuk memutar kembali waktu disaat kita melakukan kesalahan.
Saat kita mulai merasakan bahwa kehilangan
“jalan” itu sungguh menyesakkan.
Bayangkan,
Jalan yang kita jumpai tidak selalu mulus.
Ada yang berkelok, berlubang, ada putaran balik, ada perbaikan jalan, dan
lainnya. Tapi, bayangkan kalau kita kehilangan “jalan”?
Tidak tau arah mana yang ingin dituju,
kemana kaki ini membawa, kemana sebenarnya tujuan yang diinginkan.
Awalnya kita selalu berpikir santai.
Ikuti jalan yang ada di depan mata.
Apakah ada jurang atau rintangan lainnya?
Sama sekali tidak diperdulikan.
Kita hanya mencoba mengikuti apa yang kita
lihat di depan mata.
Pernahkah kita mencoba untuk membaca
rambu-rambu, lebih seksama?
Pernahkah kita benar-benar diam, berhenti
sejenak, menengok ke kanan dan kekiri, apakah traffic light berwana hijau? Kuning? Atau merah?
Apakah ada tanda stop di ddepannya? Belok
kanan, belok kiri? Atau bahkan putar
balik?
Dalam kehidupan, rambu-rambu itu bisa kita
umpamakan sebagai lingkungan.
Lalu jalan kita umpakan sebagai impian
kita.
Mimpi yang kita idamkan sepertinya dekat
sekali di depan mata.. hanya sejengkal. Kita tinggal meraihnya. Lalu dengan
mudahnya kita ikuti jalan yang ada di depan mata.
Taukah kamu, rambu-rambu yang ada di jalan
itu sangat berguna bagi kita untuk berpikir sejenak sejauh mana kita dapat
mampu meraih impian kita.
Tidak ada impian yang instan.
Jangan ibaratkan kita sedang berjalan di
jalan bebas hambatan.
Karena impian tidak pernah berada dalam
keadaan tersebut.
Ada
traffic light yang berwarna hijau..
mengatakan bahwa “ayo, maju.. kamu bisa”
Lalu
warna kuning kemudian muncul “ hey, hati-hati langkahmu. Sudah benarkaH
kecepatanmu? Coba perlahankan ritmemu”
Dan
terakhir, muncul warna merah. Warna yang menandakan kita untuk berhenti.
Berhenti
sejenak. Mungkin saja, sedang ada orang lain yang melintas dengan kencangnya,
jangan sampai kita tertabrak. Jangan sampai kita melanggar larangan yang
nantinya akan menimbulkan kerugian bagi orang banyak.
Namun
sayangnya, seringkali kita melupakan warna-warna tersebut.
Saat
lampu hijau menyala, kita masih diam ditempat. Saat lampu kuning menyala,
justru makin mempercepat kecepatan.. dan kemudian ketika lampu merah yang
menyala, kita telah bersuka cita melajukan diri, tidak perduli akan tertabrak
atau tidak.
Padahal,
tanda-tanda itu nyata,
Bayangkan,
ketika kamu bermimpi.. semua orang di dunia ini pasti punya mimpi.
Dan
semua orang juga ingin mewujudkan impiannya.
Permasalahannya,
sejauh manakah usaha yang dilakukan untuk mewujudkannya?
Ada
orang yang ingin mendapatkan hubungan percintaan yang sempurna.
Saat
lampu hijau, ia masih diam ditempat. Dalam hal ini, ia merasa jodohnya akan
datang suatu saat nanti. Lampu hijau, semuanya akan baik-baik saja. Semuanya
akan lancar. Pelan pun tidak apa..
Lalu,
lampu kuning menyala.
Seseorang
sudah mendapatkan pasangannya. Ia diminta untuk memelankan laju ritmenya. Dalam
hal ini, mungkin sedang terdapat konflik dalam kedua pribadi mereka. Seharusnya
mereka mulai mengurangi kecepatan.. dalam hal ini, mencoba berkomunikasi,
mencoba untuk memelankan intonasi ketika suara tinggi yang mulai keluar,
mencoba mengalah ketika terjadi perdebatan, mencoba memahami, menghargai…
sayangnya, justru dalam keadaan demikian, mereka mulai mempercepat laju mereka.
Tidak ingin mengalah dari egonya.. yang penting mereka segera “sampai”. Entah
bagaimana caranya. Yang penting sampai.
Berganti
dengan warna merah.
Dalam
hal ini, yang dibutuhkan adalah berhenti.
berhenti
untuk mendahulukan ego pribadi.
Berhenti
berdebat.
Berhenti
untuk memulai lagi dari awal.
Mencoba
menganalisa.
jangan sampai tertabrak, kamu tidak ingin
celaka.
tapi, dalam hal ini, biasanya semuanya mulai
tidak terkendali.
Salah
satu dari individu pasti ingin segera sampai,
Lalu
mulai melajukan lagi kecepatannya.
Dua
kali lipat.
Dari
lampu kuning yang menyala.
Tanpa
disadari, tabrakan terjadi.
Bagaimanapun
keadaannya. Sudah tidak bisa dihindarkan lagi.
Mungkin
hanya luka,
Atau
kemungkinan terburuk.
Kehilangan
nyawa.
Luka,
mungkin saja luka yang ada di fisik,, tapi jika luka ini mengenai hati, maka
dokter manapun di dunia ini tidak ada yang bisa menyembuhkan kecuali kita
sendiri.
Lalu,
hingga akhirnya kehilangan nyawa.
Mungkin
saja kehilangan hati, kehilangan rasa cinta. Semuanya berakhir di persimpangan.
Tanpa ada potret tempat tujuan yang dituju.
Tanpa
ada gelak tawa dan kegembiraan yang luar biasa, karena telah berhasil melewati
rambu-rambu.
Seringkali,
seringkali kita begini,
Seringkali
peristiwa lampu merah ini kita alami.
Seringkali.
Lalu
yang timbul hanya penyesalan yang berkepanjangan.
Kenapa tidak melihat traffic light? Padahal
warnanya sudah jelas..
Bayangkan
dalam perjalanan hidup kita, sudah berapa traffic
light yang berhasil kita lewati dengan sempurna?
Sudah
berapa tujuan yang berhasil kita capai dengan melihat dan memperhatikan secara
seksama rambu-rambu yang tercipta?
Jika
saja kita mau memulai kembali, tidak ada yang salah. Memulai kembali ke start
awal.. mulai memperhatikan “rambu-rambu” dengan benar..memulai, untuk meraih
apa yang dituju.
Selfnote, 3 weeks 2 days of regret. And npw
I’m trying to get back to the start.
Hey you, I won’t give up!
Komentar