yang terlewat namun tak terlupa

Kebiasaan shintia saat ini adalah…
Malas minta ampun untuk me record segala kegiatannya.
Biasanya, aku akan buru-buru mengambil note book untuk segera menulis tentang apa saja yang aku lewati hari itu.
Entah tentang apa yang aku alami, aku rasakan, atau pengeluaran apa saja yang aku habiskan di hari itu, dan kegiatan apa saja yang aku lakukan.
Semuanya terekam rapi.
Tanpa terkecuali.
Itu sebabnya pula, aku memiliki cukup banyak notebook.
Baik dari kampus, beli sendiri, atau gratisan hasil dari mengikuti seminar atau training yang lalu. :D (jumlahnya saat ini bisa mencapai 20 lebih… fiuuhh)
Tapi sekarang, notebook itu bersih.
Jauh dari tempelan-tempelan post it yang biasanya ramai.
Entah berwarna biru,kuning, hijau, atau pink.
Semuanya menghiasi tiap lembar.
Kadang pula makin di “kotori” dengan pulpen atau spidol yang warnanya campur aduk.
Lucu rasanya,
Masa itu telah lewat.
Padahal, kalau diingat-ingat, sesibuk apapun, sebosen apapun, secapek apapun, aku gak pernah sekalipun melewatkan masa-masaku dengan notebook tersayang.
Bahkan saking sayangnya dengan notebookku, ada satu notebook yang ditandatangani oleh sang pembuat asli, yang juga sekaligus sahabatku, calon designer kece, kharisma, sebagai kenang-kenangan, dan rencananya akan terus aku simpan.
Setiap notebook memiliki cerita sendiri-sendiri.
Ada yang khusus untuk kegiatan kampus..
Ada yang khusus untuk kegiatan aku menulis iseng , bisa puisi, lagu, atau coretan-coretan draft novelku.
Ada yang khusus untuk mencatat setiap meeting yang aku lakukan
Ada juga yang khusus untuk kerjaan
Dan yang terpenting lagi,ada yang khusus untuk anggaran bulanan.
Hahaha..
Call me addicted, yes, I’m addicted to writing in my notebooks.

Tapi sejak oktober tahun lalu, rasanya kegiatan menulisku perlahan berkurang.
Berkurang dengan adanya teknologi-teknologi ini.
Aku memang gak pernah absen menulis dalam sehari.
Tapi bukan disecarik kertas dengan pulpen yang warnanya beragam.
Saat ini, kegiatan menulisku digantikan di layar-layar putih dengan jemari yang sibuk memencet tuts-tuts berwarna hitam. Besar untuk laptop, kecil untuk handphone.
Kegiatan menulisku terganti dengan teknologi baru ini.
Sedih.. L
Dulu aku pikir, kegiatan menulis lewat layar akan hanya menjadi kegiatan rutin saat dikampus, atau menulis novel aja.
Aku pikir,
Paperless. Yuk, go green.
But, it isn’t the matter.
Aku rindu coretan-coretan yang berubah tiap tahunnya.
Aku rindu di tiap menit aku menggoresi kertas-kertas yang berubah menjadi padat, ramai, sesak.
Memang tidak indah dilihat, tapi aku suka
Ada kepuasaan tersendiri ketika notebook itu habis aku tulisi, lalu kemudian beralih dengan notebook yang baru.
Perjalanan mengganti notebook ini juga menjadi alasanku untuk betah berlama-lama di gramedia khusus bagian stationery.
Hmm,, rekor terlama bisa mencapai 3 jam. Khusus untuk mencari notebook yang aku suka.
Lalu, beralih kebagian pensil dan pulpen yang cocok.
Kadang kala aku juga membeli buku sketsa..
Jika lelah menulis, atau stuck dengan apa yang aku tulis, aku kemudian menggambar.
Apa saja yang terlintas di benakku.
Bagus atau tidak.
Bukan masalah.
Tapi itu adalah bagian dari ekspresiku.

Hmmm..
Banyak sekali yang terlewat..
Moment-moment yang biasanya sibuk kutuliskan.
Kini berganti dengan ketikan.

Lantas, aku juga gak bisa semena-mena untuk menyalahkan teknologi ini.
Bagaimanapun juga, aku juga merasa tertolong.
Kalau tidak ada teknologi, mustahil rasanya aku menyelesaikan skripsiku kurang dari 3 minggu.
Mustahil rasanya aku mencari informasi terkini tentang apa yang terjadi di dunia saat ini.

Baiklah, ini hanya masalah kebiasaan.
Yang telah terlewat tidak  boleh terlupa.


Sepertinya, aku akan membawa lagi notebookku kemana-mana J


Komentar

Postingan Populer