Jangan berhenti, meski tidak ada “amunisi”

Teman-temanku yang kusayangi,
Bagaimana rasanya ketika kita punya banyak sekali kegiatan, namun ternyata amunisi kita gak memadai? Amunisi a. k.a money :/ ? tentu gelisah, resah, perasaan gak menentu, gundah gulana, susah makan, sulit tidur, lalu bikin lagu? #EH

Sepertinya ini sudah menjadi permasalahan anak-anak sekolah zaman sekarang. Iya gak sih? Entah itu yang berseragam putih biru, putih abu-abu ataupun yang mendapat julukan “Maha Siswa”, semuanya pernah mengalami masa-masa sulit, masa berdarah-darah, karena ga punya persenjataan yang mendukung untuk berkegiatan. ~syeediihh.. :’(

Hal ini pula, yang sedang aku alami sekarang-sekarang ini.  Entah mengapa, di tahun 2012, sepertinya keberuntunganku dalam masalah perekonomian, kini mengalami penurunan yang signifikan  *sigh*. Bukannya aku gak mensyukuri apa yang telah aku dapat saat ini, bukan.   Sama sekali bukan! Tapi, jelas sekali, masalah perekonomian ini sedikit mempengaruhi kinerja dalam hal beraktivitas. *tsaaaaah*.
Sebenarnya, gak bisa dipungkiri bahwa ditahun 2012 ini, pekerjaan2 yang biasanya aku dapat di tahun lalu mulai berkurang. Katakan saja seperti: pekerjaan sebagai asisten, voluntary service (entah mengapa,voluntary ini malah mendapat penghasilan. Alhamdulillah, ga nolak rezeki :D), atau beberapa pekerjaan lainnya. Di 2012 ini, aku lebih berfokus kepada program internshipku, sebagai pengganti salah satu mata kuliah di kampus, Aktor Non Negara. Pilihan ini aku ambil, agar di semester 7 nanti aku fokus pada skripsiku dan lulus dengan cepat. Aku mau lulus kuliah cepat. Itu keinginanku sejak pertama kali masuk kuliah. Selain itu, aku fokus dengan organisasi yang aku geluti sejak tahun 2011, yaitu TERATAI.

Masalah perekonomian ini, sejujurnya sudah aku alami sejak aku SMA. SMP juga pernah mengalami, namun gak terlalu terasa seperti di SMA. Waktu SMA, harga-harga makanan di kantin berbeda jauh dengan harga makanan kantin sewaktu di SMP. Uang saku yang diberikan orangtua, harus adil kubagi dengan kegiatanku di luar. Seperti kegiatan organisasi dan juga bimbel. Kegiatan bimbel ini aku jalani hampir setiap hari, bahkan pernah menginap. Tujuannya pada saat itu adalah untuk mempermudah usahaku dalam mengerjakan soal-soal UN dan mendapatkan pengalaman baru dalam memecahkan masalah-masalah ataupun soal-soal mata pelajaran bersama teman-teman dari sekolah lain. Ada yang dari SMA 70, SMA 6, SMA 82, dan lain-lain. Kenyataannya, teman-teman bimbelku ini memiliki uang saku yang berlebih, sangat berlebih bahkan jika dibandingkan denganku. Aku harus hemat-hemat ketika aku memutuskan untuk jalan bersama mereka, demi mengakrabkan diri, berbaur, dan juga mengerjakan soal bersama. Hal ini juga termasuk membayar ongkos perjalanan ke suatu tempat tujuan. Harus hemat.HARUS!

Seperti ini mungkin perhitungannya untuk dijabarkan.
Dalam seminggu, uang jajanku sebesar 90ribu rupiah (SMA), termasuk weekend, hari sabtu dan minggu. Aku memiliki 2 kegiatan rutin yang juga harus kuperhitungkan, organisasi dan bimbel. Ongkos dan uang makan adalah hal yang terpenting, yang lain menjadi perihal sekunder ataupun tersier.
Berbekal tekad dan niat, aku hampir selalu membawa bekal. Mama berkontribusi besar dalam hal ini. Jika aku gak sempat membuat bekal, mama akan turun tangan membantuku. Pokoknya, harus hemat!

Ternyata, kegiatan hidup hemat itu menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan. Aku berhasil save uang sakuku dalam seminggu dan masuk ke buku tabungan sebesar 40ribu rupiah. 50 ribu rupiah aku gunakan untuk akomodasi berkegiatan. Hidup hemat, meski harus mengerem segala keinginan (dasar manusia yang gak pernah puas :/ ), ternyata menyenangkan! Di akhir bulan, ada sebuah kejutan yang menyenangkan buat diriku sendiri, untuk memberikan penghargaan atas sikap hemat dalam diriku. Mungkin terdengar aneh, memberi hadiah kepada diri sendiri. Tetapi, dalam sebuah artikel ilmiah, hal ini ternyata meningkatkan self esteem kita lho :D waah, menyenangkan pokoknya.. J

Ketika aku mendapatkan sepeda motor pertamaku, aku seperti mendapatkan kado ulangtahun berjuta kali lipat. Bahagia, haru, senang luar biasa. Waaah, sulit buat dijabarkan. Aku gak pernah meminta sebuah sepeda motor, tetapi mendapatkannya menjadi award yang luar biasa untukku. Aku menamakan motorku ini “Si Biru”. Honda Beat keluaran pertama kali, warnanya biru, kecil, ramping, pokoknyaaa “aku” banget ;D bwakakakaka. Like a dreams come true. Alhamdulillah.. Si Biru setia menemaniku ke setiap tujuan, selalu ku”mandikan” kerap kali aku melihatnya kotor sedikit, rasanyaaa ia seperti bayiku J aku suka mengajaknya ngobrol atau kadangkala mengomel sendiri (atau bersamanya) ketika mengalami traffic jam di jalan-jalan besar di daerah Jakarta, ketika aku selesai bimbel di malam hari (aku selesai bimbel sekitar jam 8 dan jam 9 #pfiiuh..). intinya, aku bahagia memiliki teman sunyiku yang setia kemana saja aku mau . Si Biru.

Namun, kebersamaan ini mulai sedikit terganggu ketika harga bahan bakar mulai naik. Sejak pertama kali aku memiliki biru (tahun 2008), aku selalu mengisi  bahan bakarnya menggunakan pertamax. Katanya, untuk motor matic, pertamax adalah bahan bakar yang paling baik, untuk membakar mesin-mesin sehingga bekerja dengan optimal. Awalnya, aku sempat berpikir untuk mengganti “minumnya” si biru dengan premium. Tetapi, ketakutan dan rasa sayangku pada biru mengalahkan segalanya ;) aku memutuskan untuk kembali diet ketat dengan uang sakuku. Dan Alhamdulillah, aku berhasil. Sayangnya, uang saku ini menjadi terpotong banyak L

Tahun 2012 ini, sepertinya merupakan puncak dari diet ketatku. Pertamax kini mencapai 10.200 rupiah. Dengan mobilitas yang tinggi, aku harus mengisi bahan bakar 2 hari sekali ketika mobilitas sedang amat tinggi, atau 3-4 hari sekali jika kegiatan sedang gak terlalu sibuk. Terlebih lagi, aku udah gak meminta uang saku lagi kepada orangtua sejak kuliah. Aku menggantungkan sepenuhnya terhadap uang beasiswa selama sebulan. Aku gak mungkin bohong, tersiksa? Jelas. Tetapi, segala pikiran menyedihkan itu, seringkali kugantikan dengan rasa syukur karena aku masih dapat menempuh jalur pendidikanku secara gratis, mendapatkan amunisi tiap bulan, meski pas-pasan, dan terus bersyukur.

Kadangkala, rezeki datang dari mana saja. Gak tau berasal dari mana, tetapi Allah Maha Baik. Maka aku percaya, ketika aku mendapatkan kesulitan seperti sekarang ini, Allah tetap ada. Allah tetap mendorongku untuk terus beraktivitas. Jangan terbebani, yang penting ikhlas dan bahagia. Toh ini adalah dahaga jiwa untuk segera diisi dengan kegiatan sosialisasi yang positif J insha allah J

Yang jelas, segala aral yang melintang di hadapanku, terutama masalah perekonomian, tidak serta merta membuat rasa sesak dalam diriku, bahwa aku tertekan dengan uang sakuku yang jauh lebih sedikit dibandingkan teman-teman yang lain, ataupun kegiatan diet ketat dengan “amunisi” yang aku miliki. Aku tau, masih banyak teman-teman di luar sana yang orangtuanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan biaya tambahan untuk mengikuti bimbel, untuk mengikuti les-les penunjang pendidikan. Bahkan, mungkin sebagian besar masih kesulitan untuk membiayai sekolah hingga bangku tertinggi. Alhamdulillah, aku bersyukur, aku dapat mengenyam bangku pendidikan dengan gratis. Aku hanya perlu berjuang lebih keras, kurangi segala keluhan, dan berpikir positif bahwa segala hal dapat dilakukan, meski gak ada uang sekalipun J

Ayo, kita pasti bisa ;)

Komentar

Postingan Populer