Mitos Kepemimpinan

“Tell me and I will forget, show me and I may remember, involve me and I will understand” (peribahasa China)

Hambatan akan tampak besar atau kecil tergantung pada apakah anda besar atau kecil- Arison Sweet Marden

Haloo, apakabar? Sehat? Baik? Sudah selesai uts? Baguslah, mungkin bisa menghela nafas sebentar untuk kemudian kembali membangkitkan semangat dan siap beraktivitas :D

Beberapa waktu yang lalu, aku baru saja membaca chapter 1, dalam sebuah buku “To Be A Great Leader”. This book is amazing! Baru baca aja, udah gak pengen berhenti di chapter itu aja.
Ini merupakan sebuah intisari dari konsep Hugos dan Nanus tentang mitos-mitos kepemimpinan. Berhubung aku suka banget chapter ini, maka gak ada salahnya aku bagi-bagi info di blog aku, yg telah menjadi common misperception kita sampai saat ini, tentang sebuah kepemimpinan J

Mitos pertama:
1.  Kepemimpinan yang baik berdasarkan akal sehat (common sense).
Coba kalo kita pikir-pikir? Iya dong, sebuah kepemimipinan harus didasari dengan akal sehat, sehingga bisa jernih dalam menyelesaikan persoalan apapun. Namun nyatanya, banyak permasalahan yang dihadapi oleh para pemimpin di dunia, yang tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan akal sehat saja. Perlu adanya analisis lebih dalam dan akurat, terhadap situasi yang dihadapi oleh para pemimpin untuk menentukan efektivitas kepmimpinan. Jadi, akal sehat aja gak cukup ternyata! Kita harus mempelajari permasalahan dengan kejernihan berpikir dan juga kemampuan analisa yang canggih !


2.  Para Pemimpin dilahirkan, bukan dibentuk
Hayoo, siapa yang masih percaya sama konsep ini? Coba deh kita cari pemimpin dunia yang memang jelas2 berdasarkan kelahirannya. Hmm, kalo di Indonesia sendiri, ini merupakan sebuah system kerajaan yang masih dianut oleh beberapa daerah di Indonesia. Di mana para raja, akan menunjuk pemimpin kerajaannya yang baru, berdasarkan keturunannya, yaitu sang anak. Tapi, apakah ada sebuah guarantee kalo sang anak akan bisa menggantikan kepemimpinan raja tersebut dengan lebih baik?
Nah, konsep ini sebenarnya adalah sebuah konsep lama yang ternyata masih juga dianggap benar oleh sekumpulan orang. Padahal, menurut Hugos dan Nanos, pemimpin itu mendapatkan jiwa kepemimpinannya atas dasar sebuah pembentukan, yang biasanya didapatkan dari pengalamannya atau lingkungan di sekitarnya. Mereka akan belajar untuk menganalisa sebuah lingkungan dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Selanjutnya, ia akan belajar bagaimana caranya untuk mendapatkan follower yang baik.


3.  Hanya Sekolah Yang Mengajarkan Kepemimpinan dan Gembelengan Keras
siapa bilang? Iya memang benar, ketika disekolah, kita mendapatkan struktur kepemimpinan yang diajarkan oleh sebuah system kelas. Seperti: ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris, dan lain-lain. Tapi, ketika kamu menghadapi situasi yang membutuhkan sebuah kepemimpinan yang cermat, kamu bisa mendapatinya gak hanya disekolah. Bisa di manapun. Lingkup terkecil dalam kehidupan adalah keluarga. Lalu beranjak lagi, ke lingkungan di sekitar rumahmu. Ketika kamu ditunjuk sebagai ketua salah satu komunitas pemuda di daerahmu, kamu membutikan bahwa tidak hanya sekolah yang mengajarkan kepemimpinan.. lingkungan pun bisa.


4.  Kepemimpinan Merupakan Keterampilan yang LANGKA.
“Nobody expert in everthing, but somebody expert in anything”
Menjadi pemimpin yang menjadi inspirator bagi para pengikutnya dan mampu menjalankan kepemimpinannya dengan luar biasa baiknya memang langka, tapi bukan berarti tidak bisa dipelajari, kepemimpinan didapat berdasarkan tempaan kejadian-kejadian disekitar. Tidak semua pemimpin mendapatkan pengalaman yang sama, itulah yang menyebabkan para pemimpin akan berbeda pemahaman ketika mengambil sebuah keputusan. Namun, yang perku diketahui, menjadi pemimpin tidaklah sulit, namun tidak juga mudah. Kepemimpinan yang baik akan kita dapatkan ketika kita sungguh-sungguh untuk meraihnya.


5.  Pemimpin adalah Orang yang Berkharisma
Tidak semua pemimpin merupakan orang yang berkharisma. kharisma didapatkan oleh sebuah pembawaan seseorang,. Tetapi, masih banyak pemimpin yang tidak berkharisma namun memiliki follower yang banyak.


6.  Kepemimpinan HANYA dipuncak organisasi
Ini adalah sebuah pemahaman yang benar-benar salah. Mungkin benar ketika seseorang yang memiliki jabatan yang lebih tinggi, mampu mempengaruhi lebih banyak orang dibandingkan seseorang yang tidak memiliki jabatan, ataupun berada di tingkatan yang lebih rendah. Namun, kemampuan untuk mempengaruhi seseorang tidak hanya terdapat pada “puncak” kepemimpinan seseorang, tetapi juga berlaku terhadap orang-orang yang bahkan kita tidak tau ia siapa, namun sanggup menggetarkan hati, mampu menginspirasi. Ini juga terjadi padaku, kepada orang-orang yang dekat padaku dan sanggup mempengaruhiku J contohnya: ada aif, ada mimin, ada bundoku, ada gema,ada ardi, ada elis,ada Irviene,ada mba ase, ada mba , ada asri  ada ka mia, dan masih banyak daftar yang menginspirasi lainnya. Mereka tidak berada dalam keadaan top position di negara ini, tetapi pemikiran dan tindak tanduk mereka, bener-bener bisa menyadarkan aku untuk kembali berpikir tentang arti kepemimpinan sesungguhnya.. :D cheers for you guys J


7.  Pemimpin Mengendalikan, Mengarahkan, Melecut, dan Memanipulasi
Kalau habis pada kalimat ini, aku serasa berada di pacuan kuda, dan aku adalah kudanya, yang sedang menunggu untuk ditunggangi oleh sang penunggang tangguh! LOL! :D
Nyatanya, pemimpin tidak selamanya mengendalikan, mengarahkan,meleceut,dan memanipulasi. Menurut Hugos dan Nanos, pemimpin juga harus bisa mendengarkan, bisa memilah mana keputusan yang terbaik bagi para pengikutnya, di mana saat ia harus mendorong para pengikutnya untuk terus bergerak, di mana ketika ia harus belajar untuk bersikap tegas, dan lainnya. Intinya, pengikut bukanlah seorang robot yang harus mendengarkan dan mengikuti segala perkataan sang pemimpin, bukan?

Komentar

Postingan Populer