saat-saat di rumah.. dan di belahan dunia lainnya
Everybody have their sins..
we ain't an angel, that clearly save from the sins.. never did mistakes..
yes, we are humans..
kesan ketika pertama kali menonton film "based on true story" ini, aku tercengang. menganga. shock. malu. gelisah. marah. dan lemah.
betapa kerdilnya yang selama ini kita lakukan,
betapa naifnya ketika kita merasa sudah berbuat baik pada sesama..
tapi ternyata, itu tidak cukup.
tidak cukup, jika kita hanya melakukannya sendiri.
Sam Childers adalah seseorang yang penuh dengan tindakan kriminalitas. seseorang yang acap kali keluar masuk penjara, hingga tidak terhitung banyaknya. Istrinya adalah seorang stripper, memiliki seorang anak perempuan yang lucu.. dan mertua yang baik hati.
Hingga kepulangannya dari penjara, dan menyadari bahwa istrinya sudah berhenti menjadi stripper dan bekerja di pekantoran, merupakan pukulan keras bagi dirinya. Menurutnya, penghasilan terbesar sampai saat ini adalah dari pekerjaan sang istri dan kini istrinya sudah berhenti bekerja. bahkan, kini keluarga kecil minus dirinya, telah belajar menemukan Tuhan, rajin pergi ke gereja, dan terus berbuat kebaikan selama dirinya dipenjara.
Suatu saat, ia pun menyadari untuk segera menyerahkan diri kepada Tuhan dan berbuat baik. Ia memulai semuanya dari bawah, dari awal menjadi seorang tukang bangunan, sampai memiliki perusahaan bangunannya sendiri. namun, ia tidak puas dan menemukan gagasan ketika mendengar khotbah di gereja oleh pendeta yang berasal dari daerah Afrika. ia bertekad untuk membangun panti asuhan bagi anak-anak di Afrika. menurutnya, itulah salah satu jalan untuk menebus semua dosa-dosanya.
Apa yang disaksikannya di televisi dan di dunia nyata, begitu menusuk. banyak hal yang tertoreh dihatinya dan ia memutuskan untuk menjalankan program lainnya.. mengunjungi sisi paling buruk di Afrika, yaitu daerah Sudan.. dan disinilah konflik hatinya muncul, ia rela menjual perusahaannya demi membiayai makan 200 lebih anak2 di panti asuhannya selama 6 bulan.. ia bangun kembali panti asuhan tersebut ketika dibakar oleh tentara-tentara musuhnya (Kony). Bahkan kepalanya pun dihargai, karena dianggap telah meresahkan Kony dan tujuannya di Sudan..
Mengerikan, ketika kamu dihadapkan dengan kematian anak-anak kecil yang saling berpelukan namun telah hangus di hadapanmu, karena kamu terlambat untuk menjemput mereka kembali di daerah konflik. Atau, ketika kamu mengetahui bahwa seorang anak terpaksa membunuh ibunya sendiri, dihadapan adiknya yang masih kecil, karena diancam dirinya dan adiknya akan dibunuh jika menentang pperintah tersebut. dan lagi, seorang anak yang menjadi tentara-tentara karena dipaksa, padahal kemampuan bertempur dan memegang senjata pun tidak ada ..
bersyukur dalam hati, adalah hal yang terlintas ketika apa yang terjadi di film, adalah apa yang terjadi bukan di sini, bukan di tempat aku tinggal saat ini, tapi di belahan dunia lain.
marah, adalah perasaan kedua, mengapa dunia internasional seakan telah melupakan hal ini?
malu, adalah ketika aku menyadari i've done nothing! yes, nothing..
Lalu aku pun ingat, keadaanku dirumah.
aku yang mendapatkan tempat tidur yang layak, diberi kesejukan di dalam kamar, mendapatkan keamanan, masih bisa memasukkan nasi dan lauk pauk ke dalam perutku, bahkan terkadang aku malas, atau nikmat mendapatkan sekolah gratis hingga bangku tertinggi..
sedangkan di belahan dunia sana, ada beribu-ribu anak, yang tiap malam, keluar dari semak-semak hutan, bernyanyi bersama, mencari tempat perlindungan terdekat yang jauh dari desanya, agar mereka tidak diserang oleh tentara-tentara dan dihabisi..
dan disinilah aku,,
duduk, sambil mengetik ini..
tidak, bukan untuk bercerita..bukan hanya sebagai pembagi info belaka.
aku yang saat ini, berstatus mahasiswi hubungan internasional tingkat 2, semester 5..
akan menjadi agen prubahan nantinya ..
bersamaan dengan ratusan juta pemuda di Indonesia,
atau bermilyar-milyar pemuda di seluruh dunia..
harusnya menjadi penanda baru
simbol baru,
bahwa keamanan dan perdamaian itu bukan utopis belaka.
mereka memang hadir, sebagai hak dasar manusia
dan kitalah yang harus memperjuangkannya..,
we ain't an angel, that clearly save from the sins.. never did mistakes..
yes, we are humans..
kesan ketika pertama kali menonton film "based on true story" ini, aku tercengang. menganga. shock. malu. gelisah. marah. dan lemah.
betapa kerdilnya yang selama ini kita lakukan,
betapa naifnya ketika kita merasa sudah berbuat baik pada sesama..
tapi ternyata, itu tidak cukup.
tidak cukup, jika kita hanya melakukannya sendiri.
Sam Childers adalah seseorang yang penuh dengan tindakan kriminalitas. seseorang yang acap kali keluar masuk penjara, hingga tidak terhitung banyaknya. Istrinya adalah seorang stripper, memiliki seorang anak perempuan yang lucu.. dan mertua yang baik hati.
Hingga kepulangannya dari penjara, dan menyadari bahwa istrinya sudah berhenti menjadi stripper dan bekerja di pekantoran, merupakan pukulan keras bagi dirinya. Menurutnya, penghasilan terbesar sampai saat ini adalah dari pekerjaan sang istri dan kini istrinya sudah berhenti bekerja. bahkan, kini keluarga kecil minus dirinya, telah belajar menemukan Tuhan, rajin pergi ke gereja, dan terus berbuat kebaikan selama dirinya dipenjara.
Suatu saat, ia pun menyadari untuk segera menyerahkan diri kepada Tuhan dan berbuat baik. Ia memulai semuanya dari bawah, dari awal menjadi seorang tukang bangunan, sampai memiliki perusahaan bangunannya sendiri. namun, ia tidak puas dan menemukan gagasan ketika mendengar khotbah di gereja oleh pendeta yang berasal dari daerah Afrika. ia bertekad untuk membangun panti asuhan bagi anak-anak di Afrika. menurutnya, itulah salah satu jalan untuk menebus semua dosa-dosanya.
Apa yang disaksikannya di televisi dan di dunia nyata, begitu menusuk. banyak hal yang tertoreh dihatinya dan ia memutuskan untuk menjalankan program lainnya.. mengunjungi sisi paling buruk di Afrika, yaitu daerah Sudan.. dan disinilah konflik hatinya muncul, ia rela menjual perusahaannya demi membiayai makan 200 lebih anak2 di panti asuhannya selama 6 bulan.. ia bangun kembali panti asuhan tersebut ketika dibakar oleh tentara-tentara musuhnya (Kony). Bahkan kepalanya pun dihargai, karena dianggap telah meresahkan Kony dan tujuannya di Sudan..
Mengerikan, ketika kamu dihadapkan dengan kematian anak-anak kecil yang saling berpelukan namun telah hangus di hadapanmu, karena kamu terlambat untuk menjemput mereka kembali di daerah konflik. Atau, ketika kamu mengetahui bahwa seorang anak terpaksa membunuh ibunya sendiri, dihadapan adiknya yang masih kecil, karena diancam dirinya dan adiknya akan dibunuh jika menentang pperintah tersebut. dan lagi, seorang anak yang menjadi tentara-tentara karena dipaksa, padahal kemampuan bertempur dan memegang senjata pun tidak ada ..
bersyukur dalam hati, adalah hal yang terlintas ketika apa yang terjadi di film, adalah apa yang terjadi bukan di sini, bukan di tempat aku tinggal saat ini, tapi di belahan dunia lain.
marah, adalah perasaan kedua, mengapa dunia internasional seakan telah melupakan hal ini?
malu, adalah ketika aku menyadari i've done nothing! yes, nothing..
Lalu aku pun ingat, keadaanku dirumah.
aku yang mendapatkan tempat tidur yang layak, diberi kesejukan di dalam kamar, mendapatkan keamanan, masih bisa memasukkan nasi dan lauk pauk ke dalam perutku, bahkan terkadang aku malas, atau nikmat mendapatkan sekolah gratis hingga bangku tertinggi..
sedangkan di belahan dunia sana, ada beribu-ribu anak, yang tiap malam, keluar dari semak-semak hutan, bernyanyi bersama, mencari tempat perlindungan terdekat yang jauh dari desanya, agar mereka tidak diserang oleh tentara-tentara dan dihabisi..
dan disinilah aku,,
duduk, sambil mengetik ini..
tidak, bukan untuk bercerita..bukan hanya sebagai pembagi info belaka.
aku yang saat ini, berstatus mahasiswi hubungan internasional tingkat 2, semester 5..
akan menjadi agen prubahan nantinya ..
bersamaan dengan ratusan juta pemuda di Indonesia,
atau bermilyar-milyar pemuda di seluruh dunia..
harusnya menjadi penanda baru
simbol baru,
bahwa keamanan dan perdamaian itu bukan utopis belaka.
mereka memang hadir, sebagai hak dasar manusia
dan kitalah yang harus memperjuangkannya..,
Komentar